Rabu, 23 Maret 2016

RESUME : Aksi 1000 Hari Pertama Kehidupan (Part 1)

MATERI PENGANTAR

Diantara ibu2 kece nan sholihah semua mungkin sudah familiar dengan istilah 1000 Hari pertama kehidupan yang kemudian akan saya singkat dengan 1000 HPK. Secara umum, masa ini dibagi dalan 3 periode : 
- Periode kehamilan 
- Periode menyusui eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan 
- Periode pertumbuhan anak mulai usia 6 – 24 bulan.


Mengapa kehamilan?
Karena kekurangan gizi pada masa ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Masalah yang sering terjadi pada masa ini misalnya : anemia gizi besi, kekurangan energi protein (KEK) yang dapat dilihat dari pengukuran lingkar lengan atas, dll.

Mengapa usia 0-6 bulan?
Karena pada periode ini adalah masa ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja dari usia 0-6 bulan tanpa tambahan lainnya bahkan hanya setetes air putih dapat dikatakan gagal ASI eksklusif kecuali ada indikasi medis yang mengharuskan bayi diberi selain ASI.

Mengapa usia 6-24 bulan?

Karena periode ini dikenal dengan masa pertumbuhan dimana makanan pendamping ASI (MP ASI) pertama kali dikenalkan. Banyak kesalahan pemberian MP ASI terjadi sehingga anak tumbuh tidak optimal. Dampaknya, kejadian gizi kurang, stunting (pendek), bahkan gizi buruk banyak terjadi pada masa ini. Pembahasan lebih lanjut tentang ini akan saya bahas di sesi kedua. Sekarang fokus di ASI dan menyusui dulu ya moms sholihah.

Rekomendasi WHO pada masa 1000 HPK ini antara lain : 
1. Melakukan IMD (inisiasi menyusui dini). Ini wajib dilakukan sesaat setelah ibu melahirkan baik lahir secara normal ataupun cesar. Jika tidak dilakukan? Ibu atau keluarga harus meminta kepada petugas kesehatan. Kuncinya IMD ini dilakukan selama 1 jam, bayi diletakkan di atas dada ibu dan biarkan ia merangkak mencari puting ibu hingga ia menghisap payudara. Kalo salah satu belum dilalui bagaimana? Berarti belum sah IMDnya ya bun.
2. Menyusui eksklusif (ASI eksklusif) 
3. Memberikan MP ASI mulai usia bayi 6 bulan (tepatnya usia bayi genap 180 hari) dengan tetap memberikan ASI sampai usia anak 2 tahun.

Ternyata di zaman sekarang ini untuk menyusui secara eksklusif sangat banyak tantangannya, baik yg berasal dari ibu sendiri, dari bayi, dari lingkungan keluarga bahkan dari tenaga kesehatan itu sendiri. 

Tantangan memberikan ASI sering terjadi pada awal-awal kelahiran. Supaya lebih mudah saya buat dalam poin-poin berikut ya :
1. ASI belum keluar pada awal kelahiran 
Kondisi ini sangat normal terjadi pada kelompok mahmud (mamah muda alias ibu-ibu baru) karena pengalaman pertamanya memberi ASI. Maksimal selama 4 hari setelah kelahiran, ASI mungkin saja belum lancar keluar. Solusinya, ibu harus tetap memberi kesempatan pada bayi untuk menghisap payudara ibu walaupun ASI belum banyak karena banyak sedikitnya ASI sangat dipengaruhi hisapan bayi. Meskipun bayi tidak banyak mendapatkan ASI atau bahkan mungkin belum sama sekali mendapat ASI pada 4 hari pertama ini tidaklah masalah karena bayi yang baru lahir dalam kondisi overhidrasi (UNICEF, 2007), ia akan tetap baik-baik saja karena masih ada simpanan makanan dalam tali pusarnya. Yang jelas ia akan dapat kolostrum ❤.


2. Puting susu terbenam.
Kondisi ini juga sering menjadi alasan ibu tidak bisa menyusui bayi. Padahal faktanya bayi tidak menghisap putting tetapi payudara. Putting hanya sebagai saluran penyalur ASI saja sementara sumber ASI ada di sekitar areola (bagian payudara yg berwarna hitam). Ibu bisa menarik putting sebelum menyusui bayi atau meminta bantuan suami. Putting terbenam juga bisa saja karena payudara bengkak. Dengan melakukan pijat reverse (menekan puting dan areola bagian hitam ke belakang) agar ASI tidak membendung di bagian depan sehingga bayi mudah menghisap payudara atau dengan meletakkan bayi di atas dada ibu seperti halnya posisi saat IMD (biological nurturing-baby led feeding).

3. Ibu kurang gizi (kurang makan) 
Sering ada yang berkomentar, ibu kurang makan ini; kurang makan itu sehingga ASI nya tidak banyak. Faktanya, banyak sedikitnya produksi ASI tidak dipengaruhi secara langsung oleh makanan ibu atau status gizi ibu. Produksi ASI dipengaruhi oleh frekuensi bayi menyusu atau seberapa sering ibu memerah ASI. Kedua hal tsb jika makin sering dilakukan maka ASI akan semakin melimpah. Oleh karena itu, ibu yang memiliki bayi baik ibu bekerja arau bukan sangat direkomendasikan untuk belajar memerah ASI untuk membantu meningkatkan produksi ASI. 
Ibu yang kurang gizi memiliki ASI yang sama dengan ibu yang sehat hanya volume ASI ibu yang kurang gizi lebih sedikit daripada ibu yang sehat. 

4. Ibu hamil saat masih menyusui 
Untuk kondisi ini sangat dianjurkan ibu tetap menyusui bayi yang lebih tua sampai berusia minimal 1 tahun. Setelah masa itu, ibu bisa memilih untuk memberhentikan menyusu atau tetap lanjut menyusui. Ini sangat tergantung kondisi ibu. Akan tetapi keuntungan yg akan didapatkan jika ibu hamil tetap menyusui anak yang lebih tua adalah, semakin banyak kolostrum yg didapat oleh anak yang lebih tua. Produksi asi memang berkurang namun kandungan ASI pada ibu hamil akan menyerupai kolostrum. Tentu ini berpengaruh ke kekebalan tubuh si anak yang lebih tua jika terus disusui walaupun ibu sedang hamil. 

5. Bayi prematur atau lahir dengan berat rendah (BBLR) 
Bayi prematur atau BBLR akan lebih cepat mengejar ketertinggalannya jika tetap diberi asi. Jika tidak memungkinkan menyusu langsung, ibu dapat memerah asi. Faktanya, banyak yang tidak support untuk memberikan ASI karena ASI belum keluar dlsb. Kerjasama pihak terdekat untuk mendukung ibu menyusui sangatlah berharga pada masa-masa ini. Pengasuhan dengan metode kanguru (Kangaroo Mother care) juga sangat membantu. 

6. Bayi menangis terus menerus 
Bayi menangis sbg bentuk komunikasinya dengan orang2 di sekitar, tidak melulu berarti lapar atau kekurangan ASI. Berikan kenyamanan pada bayi, skin to skin dengan ibu sangat membantu menciptakan bonding. 

7. Puting lecet 
Kondisi ini juga sangat sering terjadi namun bukan berarti bayi harus diberhentikan menyusu. Cobalah memperbaiki posisi dan cara bayi melekat pada payudara ibu karena kedua hal inilah yg mempengaruhi kelecetan pada puting. Jika ibu butuh bantuan, pendukung ASI atau konselor menyusui dapat membantu. Tetap berikan ASI walaupun puting lecet, selesai menyusui puting dapat dibersihkan tanpa diolesi dengan salep2 yang mengandung bahan kimia yang berbahaya jika tertelan oleh bayi.

8. ASI kurang.
Nah untuk yg satu ini ada yang muncul karena ibu hanya terbawa perasaan saja atau memang benar-benar terjadi kekurangan ASI. Bagaimana mengeceknya? Biasanya yang terjadi hanya karena perasaan ibu saja yaitu saat bayi lama sekali menyusu sampai berjam-jam, tidak seperti biasanya. Ternyata ini biasa terjadi pada bayi usia 2-3 minggu, 6 minggu, dan 3 bulan disebabkan adanya fase growth spurt (pertumbuhan bayi yang optimal) sehingga ia butuh lebih banyak ASI. 
Sedangkan untuk ASI tidak cukup yang sesungguhnya dapat dicek dengan melihat frekuensi pipis dan BAB-nya. Bayi setelah umur 4-6 minggu paling sedikit pipis 6x/hari dan BAB 3-4x/hari. 

9. Media pemberian ASI 
Ternyata media pemberian ASI juga dapat menjadi tantangan saat menyusui. Bagi ibu bekerja yang meninggalkan bayi di rumah baiknya mempertimbangkan untuk memberikan ASI perah dengan gelas, pipet, sendok, cup feeder kecuali dengan dot. Karena pemberian ASI dengan dot hanya akan membuat bayi bingung puting. Bingung puting disini tidak hanya bayi menolak menyusu tapi bisa jadi bayi tetap mau menghisap payudara tetapi hisapannya tidak semantap sebelumnya sehingga lama kelamaan produksi ASI pun dapat menurun. 

Bersambung ke part -2 : PART 2
Share:

0 komentar:

Posting Komentar